Bulan Muharram Adalah Salah Satu
Dari 4 Bulan Haram Atau Bulan Yang Di Muliakan Oleh
Allah Swt. Kata Muharram Yang Artinya ''Di Larang''.
Sebelum Datang Ajaran Islam Bulan Muharram Sudah Di Kenal Sebagai Bulan Suci
Dan Di Muliakan Oleh Masyarakat Jahiliyah,Pada Bulan Ini Di Larang Untuk
Melakukan Peperangan Dan Bentuk Persengketaan Lainya.Bulan Muharram Memiliki
Banyak Keutamaan Sehingga Bulan Ini Di Sebut Bulan Allah (Syahrullah).Di Daerah
Jawa Sendiri Bulan Muharram Lebih Di Kenal Dengan Sebutan ''Sasi Sura''.Ura
Yang Dalam Bahasa Arab Berarti ''Sepuluh/ Kesepuluh'' Karena Pada Tanggal 10
Bulan Muharram(Sura) Masyarakat Yang Beragama Islam Di Sunnahkan
Berpuasa.Tanggal 10 Di Pilih Karena Ada Berbagai Peristiwa Penting Yang Terjadi
Di Tanggal 10 Bulan Muharram, Seperti Di Tolongnya Nabi Musa As Dari Kejaran
Raja Fir'aun Dsb.
Di Mulai Dengan Pementasan Kesenian Ebeg Banyumasan Pimpinan Wardi Suwito Tepat Pukul 10:00-11:30 Wib.Di Lanjutkan Dengan Acara Pementasan Lengger Banyumasan Dan Ruwat Bumi Yang Di Bawakan Oleh Ki Dalang Priyo Dari Prigi Purbalingga Sampai Pukul 16:30 Wib.
Acara Ruwatan Sore Itu Pun Di Tutup Dengan Perebutan Hasil Bumi Dan Air Yg Telah Di Doakan.
Di Lanjut Pada Malam Harinya
Pementasan Wayang Kulit Semalam Suntuk Oleh Ki Dalang Prio Yang Mengambil Lakon
''Semar Wejang''.
Meskipun Di Adakan Secara Sederhana Namun Rangkaian Acara Pun Berlangsung Hikmat Dan Penuh Kebahagiaan.Di Tengah Modernisasi Arus Global Yg Sulit Tebendung, Ruwat Bumi Bumi Tentu Saja Menghadapi Ancaman Kepunahan
Di Tengah Modernisasi Arus Global Yg
Sulit Tebendung, Ruwat Bumi Bumidengan Adanya Tradisi Ruwat Bumi Ini Di
Harapkan Ada Nilai Nilai Positif Baik Di Bidang Budaya Lokal Maupun Kehidupan
Sosial Ekonomi Masyarakat Setempat.
Hingga Saat Ini Masyarakat Di
Berbagai Desa Di Tanah Jawa Memiliki Cara Tersendiri Untuk Menyambut Bulan
Muharram Atau Th Baru Hijariyah.Bukan Hanya Berpuasa Di Tanggal 10 Saja Tapi
Banyak Ritual Keagamaan Dan Tradisi.
Bahkan Di Berbagai Pelosok Desa Masih Menjalankan Tradisi Peninggalan Nenek Moyang Yang Telah Berjalan Ratusan Th Yang Lalu.Tradisi Yang Di Maksud Adalah Upacara ''Ruwat Bumi''.
Yaitu Ritual Manifestasi Rasa Syukur
Kepada Tuhan Yang Maha Esa Atas Segala Yang Telah Di Peroleh Dari Hasil Bumi.
Pelaksanaan Ruwat Bumi Biasanya Berlangsung Di Tanah Lapang Dengan Memperebutkan Gunungan Hasil Bumi Dsb,Meski Di Masing Masing Daerah Memiliki Cara Tersendiri Seperti Di Yogyakarta Ada Arak-Arakan Kebo Kyai Slamet Pada Malam 1 Suro, Arak-Arakan Pusaka, Ada Larung Sesaji Di Pesisir Pantai Pangandaran, Ada Yang Melakukan Pengajian Akbar Dan Masih Banyak Lagi, Namun Pada Intinya Mereka Melakukan Ritual Keagamaan Yang Kental Dengan Peristiwa Budaya.
Ini Tentu Menunjukan Keberagaman Tradisi Dan Budaya Yang Ada Di Tengah Masyarakat Kita.
Tidak Berbeda Jauh Dengan Tempat
Lainya, Di Kawasan Kadus 2 Babakan Kutaliman Pun Tak Ketinggalan Ambil
Bagian Untuk Memeriahkan Th Baru Hijriyah 1436H.
Dan Pada Th Ini Yang Juga Untuk
Pertama Kali Nya Dalam Sejarah Melakukan Acara Ruwat Bumi.
Tepat Pada Hari Sabtu Kliwon 22 November 2014 Atau 29 Muharram 1436H Acara Menyambut Tahun Baru Hijriyah Di Mulai Dengan Menampilkan Beberapa Kebudayaan Lokal.Dengan Iuran Sukarela Dari Seluruh Warga Kadus 2 Yaitu Rw 06+07 Acara Ruwat Pun Berhasil Di Selenggarakan.
Bertempat Di Depan Rumah Mulyono Slamet (62) Warga Rt 02/07 Atau Tepat Di Samping Rumah Wardi Suwito (Ketua Rt 02/07) Yang Baru Saja Menerima Serah Terima Jabatan Dari Pengurus Rt Lama (Maftuhin).
''Alhamdulillah Di Sini Bisa
Melakukan Ruwat Bumi, Ya Meskipun Sederhana Tapi Acara Berjalan Lancar'' Ucap
Darmanto (42) Warga Rt 02/07 Yang Juga Bertugas Sebagai Seksi Usaha Dalam Acara
Tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar